THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 01 Desember 2010

Cinta si upik abu pada pangeran coklat

Cinta bagai ungkapan yang tak pernah bisa tertutur dengan tuntas. Cerita indah yang penuh bunga bahagia dan tanda duka. Cinta adalah hal yang selalu membuat insan menjadi abstrak dalam menghadapi hidup nya.cinta menjadi ungkapan yang dengung terrdengar.ya, begitu cinta dalam definisiku. Terlalu indah untuk kututurkan dengan tuntas tapi terlalu sendu rasanya bila kututurkan sebagian. Mencintai bagiku bukan harus memiliki tapi mencinta adalah gembira ketika ia bergembira dan luka ketika ia terluka. Biar hati ini kubohongi sedikit. Biar aku luka parah demi dia yang janagn tergores sedikitpun. Salahkah aku sebagai seorang gadis menyanjungnya? Salahkah aku nmengaku ia milikku? Ia yang hanya kukenal selintas, ia yang namanya sering kudengar dielu-elukan, ia yang superstar, ia yang ramah, ia yang baik hati, ia yang sopan ia yang seorang pengajar, ia yang santun, ia yang rajin ia ,ia ,ia . . .semua tentangnya kutahu dari seorang kawan, teman dan cerita orang, ia yang hanya menegurku 6 kali dalam hari-hariku yang setahun ini. Salahkah aku yang menjadi pecintanya bersama para gadis disana? Salahkah aku si upik abu yang bulat ini mencinta pangeran coklat? Aku masih merenung dalam kesendirianku. Aku mau, sangat senang akan kehadirannya. Tak segan bercerita tentang kehadirannya disisiku walau ia tak tahu betapa ku mencintanya dan berbunga bila disampingnya. Aku ingin bercerita banyak, banyak sekali. Aku cinta dia dalam diamku. Aku galau dalam ungkapan cintaku. Sahabat, salahkah cintaku ini? Aku yang begitu cemburu atas tindakan baiknya pada orang lain yang lagi – lagi kudengar lewat teman. Aku haru menyaksikan ia yang dengan kebaikannya membonceng adik kelasku. Aku pilu. Pilu sekali.hatiku hancur. Tapi aku senang pangeran coklatku baik, baik sekali. Rasanya aku si upik abu akan meleleh bila disampingnya. Kawan aku senang memperhatikan ia yang sedang senyum, bercanda, jalan, sholat, tafakur, zikir, doa walau hanya sekilas dan tanpa diketahui olehnya. Aku selalu salah tingkah bial dihadapannya. Aku si upik abu yang selalu mencinta dalam diam ini mendoakan pangeran coklatku lulus dalam ujiannya kelulusannya nanti, walau aku tak akan perngah lagi melihat ia berjalan, sholat, zikir, yasinan, atau bercanda. Aku doakan ia yang terbaik. Pangeran coklat, aku mencintaimu. Rasa cinta ini berawal dari kagum tapi rasa ini menjadi virus yang melekat dan menjerat seluruh tubuhku.

Senin, 29 November 2010

cerbung

Uuuuuh hari ni capek banget jam tuch kaya na jalan na lambat banget .yaaach kaya na waktu berenti untuk satu masa yaitu buat pelajaran MTK.pusing banget dech udah soalna satu gue ngak ngerti carana .
brukkkk……….hahahaha,andra cekikikan.
“nin loe tuch ngelamunin apaaan sich?orang tuch da pada pulang tau elo masih nangkring aja disini !gak takut kesambet buk?”
“buk,buk loe kira gue nyak elo apa?eh emangnya pelajaran MTKudah selesai yach?kok ngak ada yang bilangin ma gue yach?”
“loe ngigo yach?loe kan lagi les b.inggris?”
“haaaah masak sich?”
“iya loe gak percaya yach ama gue ?liat aja tuch ruangannya !
“ya udah gue percaya ko’ ma loe ,pulang yuk?
“yuuuk”
“ohh ya loe ko jemput gue lama banget?gue udah jamuran nungguin elo! loe jam karet banget siehhh?”
Andra berenti trus mandangin gue
“loe tuch masih belum sadar juga yach?kitakan janjian nya di parkiran ehhh satu jam gue nungguin elo, elo malah ngak muncul . taunya malah ngelamun diruang kelas”
“maaf dech”
Kami udah nyampe rumah ,mama udah nunggu didepan pintu.,mama terlihat khawatir banget. beliau bincang – bincang sama andra ketika gue masuk kedalam rumah.
. . . . .
“mbak penyakitnya kambuh lagi yach?”
“ko’ mama tau?dari andra yach?”
“mbak . . . . ..!”
“ma ,mbak tau itu bukan kebiasan yang baik buat aquh. Tapi ma, aquh gak bisa ngilanginnya. .. !”
Yach . . . aquh punya suatu kebiasaan,.kebiasaan yang selalu jadi masalah bagi kehidupan aquh selama ini..
Semenjak berumur 6 tahun aquh mulai menyukai membaca berbagai kisah princes dan sejak saat itulah aquh sering melamun ,membayangkan bagai mana kalau aquh yang menjadi sang princes yang lama2 mengembang menjadi berbagai macam bidang lamunan. .bagiku itu hanya suatu masalah yang belum ada jalan penyelesaiannya namun bagi orang 2 disekitar aquh itu adalah sebuah penyakit langka yang harus segera dibasmi dan belum ada obatnya.
“mbak, dengerin dulu dech yang mama bilang !penyakit itu udah parah banget mbak ,umur mbakkan udah mau 17 !mbak juga dach mau masuk perguruan tinggi tapi sekarang penyakit mbak bukan lagi kambuh dirumah aja mbak, tapi juga disekolah dan tempat mbak privat!”
“ma. . . .. .kan baru sekali ni kambuhnya !
”tapi ini gejala keserius kan ?masa sampe satu jam telat ketempat parkiran sich mbak?pokoknya selama liburan ini mbak ngak boleh belajar !mbak harus nenangin diri mbak dulu dipuncak !mbak itu kecapean mikir!kecuali mbak mau semua koleksi buku mbak mama loakin!”
“jangan donk ma’ kan sayang!mbak liburan dech ,tapi Cuma buat 2minggu trus mbak mau andra ikut!”
“oke tapi kalian berdua disana dilarang menggunakan fasilitas internet and dilarang membaca buku apapun!janji?”
Mama benar2 keterlaluan !ngebaca itukan emang hobi aquh dan itu udah kaya makanan aquh sehari –hari.uuuuuuh nyesel dech ngikutin kemauan mama buat liburan kepuncak. Yach tapi mau gimana lagi? kalo ngak ngikutin, ratusan koleksi buku2 aquh bakal diloakin !hikhikhikhik

. . . . .
“Tumben loe nin liburan kepuncak biasanya tuch pasti ngedekur dech dilibrary loe”
“ini gara2 loe tau !”
”loh ko ‘ jadi salah gue, emank napa’?”
“elo sich pake cerita2 kemama soal masalah gue ditempat les!”
“mama kamu tuch yang nanya kanapa kita pulangnya telat sampe satu jam makanya aquh jawab jujur,sayang!”
“sayangku yang manis,kan bisa bilang kalo jalanan macet!”
“aquh kan anak yang jujur !trus tapi aquh senang loh soalnya baru liburan kali ini nich bisa jalan ma ‘ kamu!biasanyakan enggak!”
“itu itu mah untung dikamu rugi diaku!”
“Obrolannya nanti dilanjutin diperjalan aja ,didalam masih ada barang punya mbak yang belum dimasukin kemobil andra!”tiba2 mama muncul.
“mam . . . !bikin mbak kaget aja !”gue lngsung ngambil barang yang belum gue bawa kemobil andra.
“ndra jaga nina baik2 yach tante percaya sama kamu!”
“iya tante!”
“oh ya jangan kasih nina baca2 buku selama liburan pokonya buat dia benar2 merasa sedang liburan yach!”
“siiip dech ibu mertua “
“kamu itu ,udah ngak sabar mau nikah yach?”
Andra Cuma nyengir aja.
. . . . .
“ndra loe bawa laptopkan?”
“ngak mank napa kok nayain laptop?kitakan mau liburan say!”
“mau baca novel!”
“ngak aq ngak bawa kalau aq bawapun aq ngak bakalan kasih kamu baca karena kamu perlu refresing”
“ahhh pasti kamu janjian kan sama mama kalian sekongkol yach?”
“ngak ko sayang !”
Andra ngusap2rambut gue dia keliatan sayang banget ma akuahhh andai aku ngak terlahir sebagai nina pasti aquh bisa lama2 nikmatin semua kasih sayang andra buat aquh ya allah simpankan rasa sayang aquh buat andra selama-lamanya. Dan simpanin rasa sayang andra buat aquh selama2nya.
“ndra ,kok kayakna aquh ngeliat nenek yach??”
“dimana??”
“dijalan nenek dada2 gitu sama akuh . . . .. .”
“kamu ngelamun lagi yach ?nenekkan udah dua taunnan meninggalnya?”
“ngak aquh sadar kok dari tadi !”
“kamu kecapean kok sayang!udah kamu istirahat ajah . . . . . .!”
“kita kemakam nenek yach besok . . . “
“iyah tapi kamu istirahat yach . . . “
“iya “
. . . . . . .
Sesampainya di puncak gue langsung nemuin mbok jumirah . . . .
“Mbok nich ada uang tolong belikan saya mesin tik yach sama kertas oh ya andra jangan sampe tau yach !saya kepingin nulis2 tolong ya mbok ini rahasia kita berdua mbok,rasanya waktunya udah dekat ! “
“waktu apanya non yang udah dekat? perasaan saya ngak ada yang perlu dirayakan ,kan non?”
“udah carikan saja yang saya minta ,nanti keburu andra pulang lagi !”
“iya non!!!”
Gue rasa mbok jumirah termasuk tipe orang yang enggak bocor makanya gue minta dia beliin apa yang gue perluin sekarang .mbok jumirah pembantu setia nenek dan nenek amat sayang sama mbok jumirah maka hal pertama yang dulu diucapkan nenek sebelum meninggal adalah bahwa mbok jumirah harus tetap jadi orang yang mengurusi villa tempat tinggal nenek tidak boleh yang lain .uuh gue jadi kangen ma nenek .. . . .

. . . . . .
Usia gue kala itu baru menginjak 15 taon kala nenek mengajakku keruang perpustakaan miliknya . nenek bilang ada rahasia yng ingin dikatakan olehnya ,aku yang kala itu beranjak dewasa hanya mengimami dan hanya mengikuti langkah nenek menuju ruang perpustakaan pribadi miliknya ,yang berada dalam benakku kala itu adalah nenek akan menceritakan kisah2nya ketika masih muda tetapi tidak begitu .
“nin,kamu udah besar , nenek mau nunjukin sebuah tempat yang tak akan pernah kamu temuin di tempat lain ?”
“maksud nenek apa nek?”
“ini maksud nenek “
Kata nenek sembari meletakkan telapak tanganya kesebuah rak lemari yang berisi album2 foto keluarga nenek ,pintu terbuka dan disana terlihat bermacam- macam kostum opera milik nenek yang jika dihitung berjumlah ribuan itu.
“kamu sudah melihat dan mencoba berbagai kostum milik nenek”
Kata nenek sembari menutup serta mengajakku keluar dari tempat itu .
“ayo sini nin,nenek pangku.”
Aku berjalan kearah nenek.
“kamu janji yach sama nenek ngak menceritakan rahasia yang kamu liat barusan
pada siapapun termasuk ibu dan bapakmu,yah nin,”
“iya nek,tapi kenapa ibu tidak tau nek?”
“ibu mu itu bukan termasuk dalam orang yang bisa dipercaya juga tante 2 mu itu,tapi kamu nenek rasa orang yang bisa dipercaya maka setelah nenek meninggal dan kamu sudah menikah, jumirah akan menunjukkan cara membuka ruangan itu dan menunjukkan sejarah ruangan itu padamu,kamu ngertikan maksud nenek?”
“iyah nek,!”
. . . .
“yank kmu dah dapat jagung bakarnya?,cape yach kekebun jalan sma mank ujang?”
“buat kamu apa sich yang ngak? kegunung alpen aja aku mau kalau kamu nyuruh aku bawain kamu salju dari sana !”
“ihhh . . . . . .jangan ahhh kejauhan !”
“kamu takut aku kabur trus pacaran sama cewe disana yach?”
“ngak kok ngapain,paling yang ada dialpen sana beruang kutub cewe emanknya ngak ada cowo laen apa sampe2 aku mesti cemburu sama cowo yank mau pacaran sama beruang kutub cewe,he4x”
“uuuuuh dasar kamu tuch yach. . . . ,”
“eit ngak kena uek . . . .”
“malahan ngeledek lagi,awas kamu jangan kabur,”
“ngak kena,ngak kena ,”
BRUUUUK . . . . . .
“hayo . . . .dapet, mau lari kemana?”
“lepasin ,lepasin,hehehe ndra lepasin ,”
“ngak aku mau tetep meluk kamu terus ,satu harian ,sebagai hukuman karena kamu bandel.”
“itu mah maunya kamu!!!!!ndra lepasin malu tuch dari tadi mank ujang ngeliatin kita terus”
“ngapain malu tohhhh kita ngak ngapa-ngapain mank ujang juga ngerti kok,ato kamu yang malu,ngaku aja dech . . .hehehe. . . . .“
“ihhhhhh kamu tuch nich rasain .”
“AUWWWW . . . .sakit nina kamu yach . . .. . . .. . .”
“enak yach rasanya digigit apa lagi yang gigit orang cantik .”
“ sayang ,ini beneran sakit kamu ngak percaya?”
Andra bener-bener ngeringis gitu jadi aquh kasihan banget ngeliatin dia akuh berhenti bercanda dan . . .
“sorry dech,a a a aku cariian kamu plaster yach untuk ngobatinnya.”

. . . . . . .
Malem harinya
“soryy aquh lupa . . . . “
“nambah lagi penyakitnya ?”
“kamu tuch ya,udah ahhh malas ngomong sama kamu berapa hari ni gak nyambung trus omongan nya”
Gue langsung pergi ninggalin andra diruang tamu,gue bener2 kesel sama dia masa dia trus aja ngungkit masalah itu . . . .
“sorry say . . . .”
Bisik andra lirih.
. . . .
“sabar sayang . . . . .saya pasti pulang kelondon tapi saya masih ada kerjaan di indonesia ,iya , . . .uya saya ngerti kamu kangen sama saya ,saya juga kangen sama kamu”
Gue Cuma matung waktu gue denger andra bilang kayak gitu dalam b.inggris ditelpon ,gue sama dia udah tunangan tapi dia malah pacaran dilondon sana, gue langsung berbalik gue dah ngak tahan dengar kata2 selanjutnya duh apalagi ini?
. . . .. .
“mbok nina ada dimana mbok?”
“lah ngak tau den tadi mau kekolam nganter minum keaden lho masa aden ngak ketemu,ohhh mugkin non nina ada dikamarnya”
“oh makasih ya mbok”
“iya den sama2”
TOK TOKTOK . . . .
“nin,kamu lagi didalam ya, yang ?nina sayang jawab donk kita jalan kesitus pemandian air panas yuuuk,cayank kamu mau liburan kan kesini ,sayank buka donk pintunya ,sayank bka donk pintunya!”
“Ada apa toh den kok teriak2? non nina kan tadi keluar,”
“kemana mank ?”
“ngak tau ya den tapi tadi sepedaan kearah gunung ,aden ada masalah ya sama non nina kok mata non nina merah sih den seperti habis nangis gitu!”
“masa sich mank?sya lagi ngak ada masalah kok sama nina”
“och, den mungkin non nina lagi suntuk makanya non nina pergi ngak bilang ,dari dulukan non nina kaya gitu kalau lagi kesal atau suntuk ,emang aden lupa?”
Mank ujang kaya membaca pikiran gue yang lagi kalut banget ngadeppin sikapnya nina yang membingungkan itu
“kira2 pergi kemana yach nina mank ?
“aden kenapa sich kok jadi pelupa gitu kalau kebukitkan ada tempat rahasia aden sama si enon,”
“masa sich mank?eeeem saya lupa kali yach!oh ya bapak ikut saya yach nyusul nina kebukit,”
“iya den,”
“sebentar mank saya mau ganti baju dulu “
“iya , sya tunggu dibelakang atuh den”
. . . . .
“jum,aden sekarang kayak linglung masa kebukit minta saya temani katanya takut nyasar trus ngak ketemu sama neng nina,padahal waktu kecil paling tidak mau kalau ada yang tau tempat persembunyian mereka kalau lagi sedih !”
“sekarangkan mereka udah dewasa jang,kita yang semakin tua ini mana ngerti jalan pemikiran yang muda2 sekarang ini ,iya toh!”
“iya juga yah”

. . . . ..
“mang,mang saya udah siap gimana kalau kita berangkat sekarang mang!”
“den,ayuh lewat kadie,”
“lewat mana mang?disana ngak ada jaln raya mobil ngak bisa lewat”
“yah yah memang ngak bisa atuh mobil lewat,Cuma sepeda dan berjalan kaki aja kita kesana!berhubung sienon udah ngebawa sepeda satu2nya yang ada disini kita ya musti jalan atuh,”
“what jalan ?apa tidak ada kendaraan lain yang bisa masuk kesana selain sepeda dan berjalan?”
“ngak ada ,sepeda saja kita harus extra hati2 karena ada jurang yang lebar dan dalam”
“lalu nina gimana kalau ada jurang ,kalau jatuh ,ya alllah selamatkan dia ,”
“karena itukan aden mengajak saya mencari non nina ?,”
“mank nina banyak sejarah ya di sini?”
“aden mah lupa yah?aden mah sma si enon dibesarin dikadie,aden dikawin gantung sama non nina dikadie,aden aden pan juga tau kalau non nina ntuh paling benci ngabaca buku dulue?”
Non nina lebih suka kalau aden ajak naek gunung sama berburu walau yank aden dan non nina buru hanya burung dan kelinci buat dipelihara?”
“masa ah mank ?setahu saya setelah dua tahunan ini kalau saya datang buat liburan nina mah ngak pernah mau ketemu sama saya kecuali nina saya jemput les atau saya jemput school,yank laennya nina hanya di librarinya buat baca .kalau saya datangin pun dia bakal ngunci dirinya dikamar’
“aden tau nagak Cuma gara2non nina gak bisa jabab soal yank aden berikan ,aden langsung mutusin buat ninggalin non nina keluar negri buat sekolah dan semenjak itu non nina bisa berhari hari dalam perpustakaan hanya buat belajar biar nantinya aden mau cepat pulang kembali kesini,tapi kenyataan yang non hadapi adalah aden malahan belajar dilondon untuk 11 yahun,non nina kecewa banget waktu itu tapi non selalu bilang kalau waktu gak bisa kita putar lagi’
“jadi nina balas dendam sama si andra?”
“aden, aden andra kan?”
“iya lah mank emank saya siapa?”(huff gumaman gue kedengaran)
“den sudah sampai ,aden tau air terjun disana?”
“mana mank?”
“itu yank disebelah timur,disitu non nina sering datang ,saya akan tunggu aden disini,non bakalan marah kala saya ikut masuk kesana,”
“aduhhhhh . . ..mamang ikut sama saya yah mangnina tidak bakal marah!”
“den saya nte’ brani,takut neng nina tambah marah.”
. . . . .
“nina .. . . . .nina.. . . . .nin????”gue udah teriak-teriak tapi yang terdengar Cuma gema gue
“nin. . ……………………………………………….!!!!!”





“aduh den,kenapa sama non nina????”
“bik,nanti saja yah saya cerita,setelah nina selesai dipriksa sama dokter.”
. . . . . .
“nina kenapa dok!!”
“nina hanya pingsan,dia kecapaian ,tolong beri waktu untuk pesakit istirahat dan usahan jangan membuat dia stress”
“iya dok”
“ohhh iya ada resep yang harus ditebus,anda bisa cari di apotik”
“iya dok,terima kasih atas bantuannya”
“mbok tolong atarkan dokter kedepan yah,saya mau melihat keadaan nina.’
“baik den”

. .. . .
“”eeechh . . . .eeh … . .duhhhh . . . .”
“nin kenapa??”
“aku dimana??”
“kamu divilla sekarang,kenapa??
Kok diam ?? aku ambilin kamu minum ya??”
“ngak perlu”
“kenapa ??jadi sekarang kamu mau apa haney??”
“yang aku perluin sekarang adalah sendiri”
“kogh gitu”
“udah deh diam aja aku Cuma pengen sendiri”
“oke aku pergi . . . . .taoi aku bener-bener nagk paham apa yang kamu mau.!!”
“emang . . . .kamu nak pernah tau apa yang gue mau !!dari dulu ,dari umur 8 tahun gue udah kehilangan andra yang yang gue sayang . . . . keluar elo dari sini”
Ngak teerasa air mata yang tadi gue tahan akhirnya keluar juga,gue ngak mau tau apa tanggapan andra tentang hal ini,imej yang selama ini gue bangun untuk tameng gue hilang . . . . gue ngak tau apa yang bakal terjadi setelah hari ini gue sebel,gue kesel,gue marah entah sama siapa.gue tau andra udah berbuat yang terbaik buat gue tapi gue benci nagk ada yang ngertiin gue selain andra ketika umur kita 6 tahun.
. . . . .
“kamu kenapa nangis?kamu haus ya?”
“iya,aku haus . . . .”
“nih aku punya susu coklat kamu mau ??”
“(sambil mengambil susu yang disodorkan padanya)
“terima kasih ya . .”
“kok kamu bilang terima kasih??”
“iya kamu hari ini baik sama aku?”
“sama-sama”
“kita main istana-istanaan lagi ya??
“iya,kamu jadi putrinya ,aku jadi pangerannya,namaku pangeran andra . . . . .kamu putri karina. . . . “
“iya pangeran andra”
“sekarang, pangeran andra mau pergi . . . .”
“kenapa pangeran pergi???”
“pangerannkan mau cari . . . . ops . . . .aku hampir bilang!!”
“kamu mau bilang apa??”
“ada deh kamu tunngu ya .. . . “
“pangeran jangan lari . . . aku takut sendiri . . .!”
“pangeran perginya sebentar.”
. . . . .
“siapa kamu?kok mataku kamu tutup??”
“tebak . . . .”
“siapa kamu??
“kamu tidak bisa menebakknya???. . . .”
“pangeran andra. . .!”
“eeem pinter. . .nih aku buatin putri karina mahkota. . . “
“uwwwaaaaaa. . . .bagus pangeran kok tau putri mau mahkota?”
“iya ,putri kan tambah cantik kalo pakai mahkota!”
. . . .
“nin,nina .. . . .kamu tertidur ya!!”
Aku hanya diam tak menjawab. . . .
“kamu masih marah?/”
“eeeem ngak tau . . “
“nin,aku minta maaf kalau kamu marah sama aku.. .. .apapun itu . . . tapi kita kesinikan untuk liburan!”
“aku mau nanya satu hal sama kamu!!”
“apa??asal kamu ngak marah lagi sama aku!”
“kenapa kamu mau aku ajak liburan kesini padahal aku tau kalau kamu liburan keindonesia bukan hanya buat ketemu aku tetapi juga temen – temen kamu ?”
“ennggg kenapa ya?,duuuuh aku pening nih jawabnya!”
“jwb donk”
“aku mau diajak kesini:
1.katanya tempatnya indah banget.
2.jarang kamu mau nemenin aku liburan
3.aku udah bosabn ketemu temen-temen aku.
4.ini hal yang paling amat penting kita kesini kan amanat dari mama kamu!”
Sekarang kamu puaskan/?”
“iyaaa . . . .aku puas . . . “getirhatiku .kenapa dia ngak nyebutin kata itu?>kenapa hal yang paling penting bagi dia liburan kevilla ini Cuma amanat dari mama?mana kata cinta,kemana?kenpa dia ngak bilang kalau dia mau liburan kesini karna rasa cintanya sama aku..aku kecewa,tapi aku udah mikrinsemalam bahwa aku ngak akan marah sama andra hanya karna hal yang ngak masuk akal seperti semalam!”

Ngak biasanya hari itu aku bete banget ,yach mungkin karena aku melewatkan detik-detik terakhir kartoon kesayanganku!! .dasar dodol yach Cuma gara –gara aku menikmati jalan pagi kepasar dengan santai ,aku jadi ketinggalan ending cerita.sebel,sebel,sebel . . . .
“mak,wulan maen yach . . .”
“mau kemana lan, panas-panas kaya gini?”
“ngak kok udah ngak panas lagi,mak wulan bawa sepeda . . . ..!”
Mamak hanya diam dan itu aku artikan sebagai kata SETUJU . . . .
Aku meluncur dengan sepeda kesayangan ku kerumah tante Ning yang memang saat itu menjadi markas tempat berkumpulnya anak –anak yang doyan sepedaan like me . . . .
Kudekskripsikan dech about tante ning dan rumah nya:
“markas “besar kami itumilik tante Ningrum.tante yang biasa kami panggil dengan nama depannya saja itu adalah tetangga satu kompleks yang baik hatinya , rumah tante ning itu cantik banget,asri.sejuk dan nyaman,sebab ada 2 pohon ceri yang melinngkupi perkarangan rumah itu,BUT . . . .
Nilai plusnya ngak terletak disitu,tetapi pada es centong buatan tante ning,es itu adalah penghilang dahaga yang amat manjur sebab selain murah ,esnya juga besar – besar.itulah makanya rumah itu adalah markas kebanggan kami ,hehehe.
“Hiiiiiii,ki? . . . . . dapat banyak yach cerinya?”
Kiki melonggok dari atas pohon ceri untuk mencari siapa yang berbicara padanya
“lumayan sih kak,dapat 50 . . . . !!”
“kakak minta yang merah yah?”
“ambil aja tapi jangan banyak –banyak yah?10 aja . . . . !”
Setelah manggambil ceri yang diberikan kiki,aku duduk.lumayan juga ngak manjat tapi dapat 10 biji ,maklum aku ini bulan lah pandai sangat panjat memanjat itu . .
“kak mau es centong?”
“och kau ki,bikin kaget aja .”
Kiki datang dari arah belakang dan menyodorkan kantung berisi 4 es centong padaku.
Kulihat isi dalam nya,merah 2,hijau 2.
Aku mengambil 2 es berwarna merah,lumayan kan Gratis sich.
Sedang asyik-asyiknya aku menikmati es centong pemberian kiki , datang orang – orang yang kurasa gak ku harapkan pada saat itu.
“ech gus,ada siEndut disini!”
“jaga tuch mulut yach nes!!!”
Teriakku lantang.
“gus,katanya kita mesti jaga mulut!”
“Nes,si bolo-bolo naek sepeda nes!”
“kasian kali yach tuch sepedanya ,derita batin.bannya musti kempes melulu!”
Hahahahahahahhaha . . . .
Tawa mereka berdua benar-benar membuat hatiku tambah panas,aku memang mempunyai size badan lebih besar dari teman –temanku,tetapi aku lebih suka kalau oarng menyebutnya gempal,bukan siendut,gendut atau apalah lagi kata –kata yang mndeksripsikannya.tapi aku tambah naek darah kalau orang memanggilku “bolo-bolo”,memang gayaku,size badanku dan potongan rambutku mirip dengan pelantun bolo-bolo “tinatoon”.tapi kan aku bukan dia,akukan aku WULANDARI bukan bolo-bolo atau yang lainnya!!!!
“kalau merasa diri kalian itu hebat buktiin ,kita balapan,kalau aku menang kalian mesti nurutin semua kata-kataku!”
“kalau kalah ?”
“aku aka nurutin kata-kata kalian “
“ayok ,siapa yang takut ngelawan bolo-bolo!”
“kalau kalah jangan ngadu mama yach!!!hahahaha”
Gigiku gemeratuk dibuat keduanya,aku marah ,sebel,dan kesal.tapi liat aja siapa yang nanti ngadu sama mama.jangan terlalu meremehkan ku,cewe kalau lagi marah jangan ditanya gimana ganasnya.
“ayo kak wulan,ayo kak wulan ,ayo kak wulan.”
Temen –temen ku semakin banyak yang berdatangan, mereka menyemangatiku.
“satu,dua,tiga,gooooo!!!.........”

Bak atlet terkenal kukayuh sepedaku dengan sekuat tenaga tak kuperhatikan teriakan teman –temanku yang semakin membahana ,hasilnya?
Ganes dan agus jauh tertinggal dibelakang saat kusadari bahwa aku telah terlalu jauh memacu laju sepedaku.
Aku berbelok, DAN . . . . .
BRUK . . . . . .
Sepedaku dan ganes bertabrakan,aku terlempar ke parit ,namun ganes dan agus?
Mereka masih dapat menahan sepedanya dan hanya bengong melihat aku belumuran darah,entah apa yang ada di otak keduanya.
“awas kau ganes kalau aku ngak masuk sekolah besok!!!”
Ancam ku padanya.tapi? tulangku terasa remuik redam.entah dimana kiki yang sedari tadi melihat perkembangan balapan ,tiba-tiba semua gelap.
“Anak ibu akan mendapat perawatan itensif disana,disini kami tak bisa menanganinya karena ketiadaan alat.”
“dokter bisa memberi rekomendasi kesana?”
“yach tentu saja!tunggu saya berikan rekomendasinya.”
“mak,mak”
“iya .lan,udah sadar ya?”
“minum!”
“nich!”
Rekomendasi telah diberikan ,bapak yang sedang kerja ditelepon,aku,bapak dan mamak berangkat ke RSOB.
Sepanjang jalan mamak hanya menangis.Bagaimana tidak??
Selain biaya operasi yang tentu mahal ,mamak juga merisaukan keadaanku .
“sakit ya nak?”
Tanya beliau padaku,aku hanya mengangguk sebab gigi dan rahangku nyerinya bukan main.
Sampai diRSOB aku kembali diperiksa mamak masih terisak-isak .didalam batinku berkecamuk berbagai pertanyaan.kenapa?aku yang salah menggapa mesti mamak yang nanggis?
Kenapa mamak begitu sedih?mak . . . . .maafin wulan.
“anak ibu tidak mengalami luka yang terlalu parah tidak perlu diadakan operasi,rahang dan giginya akan baik –baik saja .hanya gusinya yang akan Bengkak”.
“jadi,tak akan ada operasi dok?”
“yah,wulan rajin gosok gigi kan?”
Tanya dokter SARAH padaku dengan senyum yang mengambang.
Kubalas senyum manis itu.
“iya dok.”
Kulirik mamak,wajah tua itu tampak lebih cerah sekarang ,bibirnya memberi senyum manis yang membuat aku semakin lega.
Kami berjaln menuju keparkiran,setelah sebelumnya mamak menebus resep yang dokter berikan.
Kami tak langgsung pulang tetapi kami kerumah embahku yang juga berada di sekupang. Disana aku dimasakkan bubur tanpa lauk hanya kecap,aku tak mau ,tapi aku lapar sebab sejak tadi aku hanya makan roti ,ceri dan es centong.
Sekarang aku telah berumur 14 tahun,dan duduk dikelas 9.1 di SMPN 9 telah 4 tahun yang lalu kejadian itu berlalu.namun, setiap detil kejadian itu masih terpatri dalam benakku dan takkan lekang oleh zaman.
Dan aku amat berterima kasih kepada kiki tentang semua hal.belakangan kuketahui dialah yang memanggil mamak ku untuk memberi tahukan peristiwa itu sehingga mamak dengan cepat membawaku ke puskesmas untuk mendapat perawatan.GanES dan Agus? mereka diintrogasi mamakku saat itu tapi mamak tidak marah karena anak gadisnya yang memulai.disekolah?ejekan tidak berhenti namun aku tidak lagi mengggubrisnya.tapi hanya 2 tahun setelah itu selebihnya kami pisah sekolah.hebatnya ganes dan agus masuk pesantren yang cukup terkenal sedangkan aku masuk ke SMPN.Och semoga mereka tobat.
Tapi MAKASIH YACH KI,for EVERYTHINGS~_^ . . . . . .

warna - warni duniaku


KETEGARAN SAMPAI DI TITIK AKHIR
        Ini saat yang sulit bagiku. Semua terasa berat membebani punggungku. Pemutusan kerja dengan alasan yang muskil, anak sedang dirawat di rumah sakit dan istri yang cerewet. Semua menjadi satu beban besar yang kupanggul diatas pundak yang rapuh. Aku tak ingin menangis, bagiku itu menyalahi etika sebagai seorang lelaki. Biarlah kehidupan menyalahi diriku dan menjadikan ku tersangka utama. Tapi, aku takkan mau menyalahi aturan kehidupan. Aku dilahirkan sebagai seorang lelaki dengan kodratnya yang harus selalu tegar. Tegar menghadapi apapun, cobaan berat, dan ujian. Tegar bagai badan yang berperisai baja, tegar walaupun rapuh, tegar walaupun mendengar cacian.
          Aku duduk di sebuah bangku, di taman kota. Di sini badanku terasa segar. Bau dedaunan yang sejuk, gemericik air dari kolam air mancur buatan, kicau burung gereja yang silih berganti menjadikan taman ini tempat refleksi yang gratis untukku. Sejenak aku menatap lurus menyeberang jalan, menatap dua sosok suami istri yang tampak berjualan rujak. Pasangan abadi, serasi dan harmonis. Putih uban yang tampak pada keduanya menyimbolkan hal itu, menunjukkan identitas yang tak lagi muda. Kulihat sang istri yang selalu tersenyum. Agaknya gelak candalah yang sedang terjadi disana. Begitu ringan tawa itu, tawa yang tak menampakkan kegelisahan rumah tangga. Tak tampak kegelisahan belum membayar air, listrik dan uang rumah.sungguh tak tampak. Apa resep abadi keduanya? Mengapa dihatiku ini terbersit rasa iri kepada keduanya?.
          Aku segera saja menarik tatapanku dari keduanya. Aku menerawang memikirkan kejadian tadi pagi di rumah.
“ Papa tuh nggak tahu, aku malu pa, malu,tetangga pada membicarakan kita pa ! bilangnya harta kita melimpah, emas, mobil, dan rumah megah tapi tak bisa membayar uang listrik, pa!” jawab istriku ketika aku menegurnya karena telat membangunkanku untuk kekantor.
“ Aku belum punya uang ma, berlakulah dewasa. Aku hanya memintamu membangunkanku lebih awal. Tidak lebih! Aku ada rapat penting, tak bisakah kau mengerti?” jawabku sambil mengambil handuk sambil beranjak mandi.
“ Kalau kamu tidak ingin malu, maka jual perhiasan – perhiasanmu. Tutupi semua hutang dan bukan malah terus menghamburkan uang!” jawabku lagi.
“bukan aku yang harus menutupi semua hutang. Tapi kamu, kamu ! kamu pa, sebagai kepala rumah tangga. Kamu yang harus pontang panting kerja, pulang malam, bahkan kalau perlu tak usah pulang kerumah. Aku menikah denganmu bukan ingin susah, tapi untuk senang! Huh, si        Bram pacarku sekarang telah jadi pebisnis kaya.” cibiran istriku ketika aku mulai mengguyur badanku dengan air dingin. Ini benar – benar membuatku tidak
merasakan air dingin yang menusuk tulang, ini membuat darahku menggelegak.  Sungguh, aku ingat dulu ia yang mengejarku dan meninggalkan Bram, pacarnya. Karena dulu Bram baru merintis usaha dan masih goyah, sedangkan diriku telah mapan. Ku percepat mandiku dan berpakaian segera. Kuhampiri ia yang sedang asyik menonton tv, setelah sebelumnya kulewati meja makan yang kosong. Kumatikan tv itu.
“ Sebaiknya kamu segera memasak ma, sebab kalau pulang nanti aku melihat meja itu kosong. Niscaya kamu tinggal nama!!”kecamku pada Yulia, istriku yang cantik.
“ Kamu akan lebih menyesal kalau pulang nanti idak membawa uang, pa!”jawabnya dengan lengkingan yang khas dan nada yang ketus serta mata yang menyala – nyala. Ia tidak pernah patuh kepadaku sebagai suaminya, kelembutan mulai memudar. Wanita cantik yang cerewetlah yang tersisa darinya.aku menyesal sekarang, menyesal yang tak lagi berguna. Kalau saja waktu yang kupunya dapat terulang.
          Aku bangkit dari duduk nyamanku. Aku bagai terbangun dari mimpi burukku. Dan sekarang menghadapi hidup yang lebih buruk lagi. Mengingat – ingat hal mitu membuatku tambah sesak. Kususuri jalan menuju mobil afford terbaru hasil jerih payahku yang kata Yulia juga masih sangat payah.
          Sampai di rumah aku melihat yulia bersama Bram. Bram mantan kekasihnya yang ia tinggalkan demi mengejar aku. Aku tak terlalu kaget demi melihat keduanya melakukan adegan mesra di depan mataku. Rasanya tadi pagi Yulia telah memproklamirkan hubungnnya dengan Bram. Itu membuat ketegaranku sebagai seorang lelaki tak luruh seketika. Itu mencharger baterai ketegaranku.
“ Mas, apa kabar?gimana pekerjaanmu? Tanya Bram yang bersandiwara dihadapanku dengan nada ramah.
“  Baik, sebaik suasana hatiku saat ini. “jawabku dingin.
Aku berjalan terus menuju kamar kamar tempat peraduanku dan Yulia. Bram dan Yulia menjadi aktor dan aktris tadi. Masih kelas yang murahan, padahal aku melihat jelas bahwa ada cap lipstik Yulia di leher Bram. Aku sungguh muak, tapi tetap aku tahan. Yulia seorang wanita yang sangat kucintai dan kukira juga sangat mencintaiku kenyataanya hanya sangat mencintai hartaku. Beban beratku bertambah. Ketika merebahkan diri di peraduan, aku tak dapat memejamkan mata. Kucoba dan kucoba berulang akan tetapi hasilnya selalu nihil. Gigi – gigiku gemerutuk geram. Aku bangun dari peraduanku, mencuci muka dan berjalan menuju dapur tempat sekarang Yulia berada.Bram telah pamit pulang.
“ Kau tidak sopan pada tamu, pa” kata Yanti ketika dilihatnya aku di dapur sambil memotong buah. Aku diam mendengar itu, diam dalam ketegaranku.
“ Aku haus, ambilkan aku minum!” jawabku singkat ketika kulihat ia yang berada dekat dengan wadah air.
“ Kau menyuruhku? Aku bukan babumu pa! ambil sendiri minumanmu. Toh , yang haus dirimu. Dan kau juga bukan tamuku!” jawabnya ketus sekali.
Aku menggenggam erat pisau . aku geram, pisau ini mewakili kegeramanku pada apel.
“ Diandra sudah kau jenguk?” tanyaku ketika kuliahat ia mulai memotong cake, kudapan hari ini.
“ahh, perkra itu.Belum, aku tadi diajak shooping sama Bram. Bram itu baik banget pa, aku dibeliin kalung berlian. Huh, kalau sekarang aku hang out sama kamu, kuningan pun belum tentu kudapat.” Jawaban yang tak kuharapkan untuk saat ini. Poin tegarku masih ada. Walaupun geram, geram sekali.
          Janji hidup dalam suka duka dan keabadian tak pernah akan tercapai dalam kehidupan rumah tanggaku. Bidukku goyah. Aku masih tegar, dan masih berjalan dikodratku sebagai lelaki. Masih diam, lembut dan juga tegar dalam adatku yang seorang Jawa. Aku masih tegar dalam nada bicaraku “ bersiap segera ma, aku ingin menjenguk Diandra!.” Jawabku singkat.” Aku tidak sedang ingin dibantah!” selaku dengan nada yang diberi penekanan tinggi ketika jelas raut wajahnya menggambarkan wajah ingin membantah.
          Minumku yang kuambil sendiri yang kutuang penuh tak habis kutenggak. Ia diam tak berani membantah setelah menatapku.
“ Kau sudah gila, pa!” gumamnya jelas.
          Dua puluh menit waktu yang dihabiskan untuk bersiap. Aku akan menjenguk anak tersayangku. Belahan jiwaku. Tempatku bersandar, landasanku untuk tegar. Jalanan macet parah, tiga jam kuhabiskan dijalan menuju rumah sakit tempat Diandra dirawat. Setelah mendapat parkir yang teduh, aku keluar mobil dan berjalan gelisah, sesekali kulirik Yulia, ibu dari anak lelakiku. Perempuan yang melahirkan putraku. Santai, santai sekali. Tak tampak raut cemas terhadap putraku di wajahnya. Ia bagai sesosok wanita yang yang tak berperasaan.  Diandra berbaring sakit, tetapi ia masih tetap santai. Gila, bias gila aku dibuatnya.
          Meja resepsionis kuhampiri karena ketika kekamar Diandra ia tidak ada di kamarnya. Jantungku berdetak makin keras dan keras dan makin keras.
“ Maaf, ruang 4.c melati pasiennya sedang dimana ya mbak?” tanyaku kepada perawat yang sedang bertugas disana.
“ Diandra? Bapak family nya ya?” sahut perawat tersebut.
“ Saya adalah ayahnya!” jawabku tersendat.
Aku tambah deg – deggan menunggu jawaban selanjutnya yang keluar dari mulut perawat tersebut. Perawatku tidak enak.
“ Mari pak, ikut saya!” jawabnya sambil segera berjalan di depan. Aku mengikuti langkah perawat itu. Hatiku berdetak seirama langkah kakiku. Tak kuperhatikan lagi wanita tak berperasaan , istriku. Perawat itu menuju ruang dokter yang menangani penyakit Diandra. Dokter Pratiwi, seorang wanita cerdas yang berdedikasi pada bidang kesehatan.
Yulia kembli mencecoki ketegaranku, aku masih bertahan dalam ketegaranku menghadapinya.
“ Bau obat pa, aku tidak tahan! Kau saja yang masuk. Diandra anakmu. Aku sudah cukup sengsara pa!.” jawabnya santai sekali. Tampak pada kalimatnya ia mengucapkan bagai tanpa beban sedikitpun. Aku mulai malas mengecamnya. Kakiku mulai lemas dan tenggorokanku kering.
          Aku masuk ke dalam ruangan dokter Pratiwi.bau obat – obatan sgera merasuk kedalam hidungku. Aku menikmati hal itu, membayangkan Diandraku akan sembuh dengan obat yang aromanya sedang kuhirup ini.
Dokter itu mentapku sejenak, aku menyalaminya.
“ Saya orang tua Diandra,dok!” kataku .
Perawat yang mengantarku keruang dokter tak tampak lagi. Dokter Pratiwi tampak tak langsung merespon perkataanku. Ia membolak – balikkan kertas yang tergeletak di atas mejanya.
“ Diandra  ,” dokter Pratiwi tersendat.
“ ia adalah seorang anak yang kuat. Ia bertahan melawan sakitnya. Ia seorang anak yang tegar.” Lanjut dokter Pratiwi ketika kutatap matanya yang bening dan  menenangkan.
“ ia bertahan dalam kondisi yang parah dalam waktu yang cukup lama.sungguh ia anak yang kuat.” Ucapan yang berulang – ulang dari dokter membuatku bertambah gelisah, aku semakin dan semakin tak tenang. Ketegaranku bagai parameter yang naik turun.
“ Tolong dok, katakan dimana Diandra?” tanyaku tak sabar.
“ Ia anak yang kuat. Tapi. . . gagal jantung mengakhiri perjuangannya. Ia pergi dua jam yang lalu, saya dan segenap rekan sudah membantu semaksimal mungkin pak.” Pernyataan dokter yang terakhir membuat sendiku mulai mati, aku linglung dengan keadaan sekelilingku. Aku masih tegar. Tidak, aku mencoba tegar. Aku menyeret langkah kakiku yang mulai berat untuk mencari Diandra di ruang mayat. Ketempat wajah suci yang terlihat amat pucat. Aku tak berdaya, aku menutup kain putih yang tadi kusibakkan. Aku luluh, ku kumpulkan sisa – sisa ketegaranku. Aku tak mau menangis. Tak ingin menyalahi kodratku sebagai lelaki. Aku kesakitan. Hatiku letih dan terluka parah. Terkena panah beracun dan mematikan. Pedih rasanya melihat wajah tanpa dosa semata wayangku. Mtaku perih, tak sadar aku menyalahi kodratku. Kategaranku memudar. Di sela mataku air mata menganak sungai.
          Aku keluar dari ruangan Diandra, langkah ku berat lagi tertatih, bebanku sangat berat. Sangat – sangat berat. Aku mengajak Yulia dalam diamku. Aku mengajaknya pulang untuk mengurus pemakaman Diandra. Luruh, pudar, dan rontok tak bersisa ketika dalam perjalanan mobil truk muatan,ku tabrak dengan mobil affordku.
          Nol persen ketika sekilas kedengar jerit panjang kesakitan Yulia dan ketika semua pandanganku gelap gulita. Ketegaranku sampai di titik akhir.